Maju-Mundur Investor Asing di Pasar Saham

Sabtu, 12 Desember 2020

Nusaperdana.com - Pelaku pasar saham Indonesia siap menyambut kepulangan investor asing setelah vaksin ditemukan dan kondisi politik di Amerika Serikat stabil.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, investor asing terpantau hanya dua kali mencatatkan aksi beli bersih (net buy) dalam lima tahun terakhir yaitu pada 2016 dan 2019.

Aksi jual atau net sell investor asing paling tinggi terjadi pada 2018 senilai Rp50,74 triliun ketika pecah perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Kala itu, investor menghindari pasar negara berkembang (emerging market) dan ramai masuk ke pasar negara maju yang lebih aman.

Namun, kondisi berbalik pada 2019 ketika kepercayaan diri investor mulai kembali dan melirik emerging market termasuk Indonesia.

Bahkan, Indonesia membukukan net buy hingga Rp49,19 triliun dengan memasukkan nominql crossing saham dari MUFG Bank Ltd. dalam rangka meningkatkan kepemilikannya di PT Bank Danamon Indonesia Tbk. dan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 

Apabila mengecualikan transaksi tersebut, tercatat net sell pada tahun lalu sekitar Rp410 miliar atau lebih baik dibandingkan 2018.

Harapan untuk investor asing kembali ke pasar saham Tanah Air pudar ketika pandemi merebak pada 2020. Sejak awal tahun, investor asing membukukan jual bersih Rp46,19 triliun.

Berdasarkan laporan riset terbaru yang dipublikasikan lewat Bloomberg, Head of Indonesia Research & Strategy J.P. Morgan Henry Wibowo mengatakan potensi investor asing untuk kembali ke Indonesia sangat besar.

Pasalnya, suku bunga di negara maju semakin mendekati level nol persen sehingga investor akan mencari imbal hasil yang lebih tinggi di negara berkembang.

“Kami memperkirakan aliran modal asing kembali ke Indonesia secepatnya karena pemulihan ekonomi [pasca pandemi] akan mendorong pertumbuhan,” tulis Henry, seperti dikutip pada Jumat (11/12/2020).

Adapun, pada November untuk pertama kalinya investor asing membukukan beli bersih dalam satu bulan senilai Rp3,44 triliun. Hal itu terjadi setelah Pilpres AS di AS berakhir dan dimenangkan oleh Joe Biden.

Namun, secara month-to-date kembali terjadi jual bersih senilai Rp2,34 triliun ditengarai oleh lonjakan kasus Covid-19 dan penantian stimulus fiskal di Negeri Paman Sam.

Henry menilai aksi jual investor asing di pasar saham Tanah Air juga disebabkan oleh pemulihan ekonomi yang lebih lambat pada masa pandemi dibandingkan negara-negara tetangga.

“Ketika posisi terbalik dan investor asing kembali, kami perkirakan pasar Indonesia akan outperform signifikan dibandingkan negara-negara di tetangga, menjadi negara beta paling tinggi di kawasan,” tulis Henry.

Di sisi lain, ketika investor asing ramai-ramai keluar dari pasar saham Indonesia tetapi performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak jatuh terlalu dalam.

Di kawasan Asia Tenggara, IHSG menempati posisi tiga teratas dengan pelemahan sebesar 5,73 persen secara year-to-date atau di bawah Bursa Vietnam 8,84 persen) dan Bursa Malaysia (6,03 persen).

Dalam sebulan terakhir IHSG terapresiasi 8,79 persen seiring dengan optimisme investor, khususnya lokal, menyambut pemulihan ekonomi pada 2021.